Minggu, 12 Juni 2011

Pengumpulan Data Kesalahan Berbahasa Oleh Tian Fatmanuraini


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang harus dikuasai oleh bangsa Indonesia. Bahkan bahasa Indonesia pernah dijadikan isi sumpah pemuda yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia.” Kedudukannya sebagai Bahasa Nasional yang merupakan sarana pemersatu bangsa diatas berbagai perbedaan bahasa yang dimiliki oleh berbagai suku di Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa Negara, seperti tercantum dalam pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, semua warga negara Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Pada kenyataannya, bahasa yang digunakan oleh bangsa Indonesia banyak ditemukan berbagai kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa Indonesia dalam pembelajaran merupakan sesuatu kegiatan yang wajar mengingat pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa yang tidak luput dari kesalahan. Akan tetapi, tidak berarti bahwa kesalahan tersebut dibiarkan berlarut-larut. Sudah saatnya, kesalahan itu kita atasi dengan secepat mungkin. Untuk mengatasi kesalahan berbahasa, para pemakai bahasa harus berupaya meningkatkan keterampilannya dalam menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Kesalahan berbahasa selalu berulang dan terjadi secara sistematis. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa siswa. Namun, Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik berbahasa. Selain itu kesalahan berbahasa dapat diperbaiki melalui pengumpulan data beberapa kesalahan berbahasa yang terjadi dan menganalisisnya untuk dijadikan acuan dalam berbahasa yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengumpulan Data Kesalahan Berbahasa
Pengumpulan data adalah suatu proses, cara, atau perbuatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mengumpulkan data sesuai dengan tujuan yang dikehendaki[1]. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu komunikasi dan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kesalahan berbahasa merupakan suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap pemakaian bahasa, baik secara lisan maupun tulis. Jadi, Pengumpulan data kesalahan berbahasa adalah suatu proses, cara, atau perbuatan yang dilakukan seseorang untuk mengumpulkan data-data kesalahan berbahasa, seperti: karangan, kertas ujian, ujaran, maupun yang terdapat pada artikel media cetak.
Pengumpulan data kesalahan berbahasa dapat dilakukan dengan adanya penganalisisan kesalahan berbahasa. Melalui kegiatan tersebut dapat diungkapkan berbagai hal yang berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa. Apabila kesalahan-kesalahan berbahasa telah diketahui, maka data kesalahan tersebut dikumpulkan sehingga dapat digunakan sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa yang bertujuan untuk  membantu seseorang memperbaiki kesalahan berbahasa, terutama dalam pengajaran remedial. Selain itu, pengumpulan data kesalahan berbahasa dapat memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan para pengembang kurikulum untuk memprediksi bahasa sasaran yang paling sukar diproduksi oleh para pelajar secara baik dan benar.
Terjadinya kesalahan berbahasa di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa merupakan fenomena yang mendorong para ahli bahasa untuk mempelajari kesalahan berbahasa secara lebih mendalam. Baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemungkinan berbuat kesalahan berbahasa.
Hubungan antara pengajaran bahasa dan kesalahan berbahasa dapat diibaratkan sebagai hubungan antara air dan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu pula kesalahan berbahasa yang sering terjadi dalam pengajaran bahasa[1]. Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2 tetapi juga dibuat oleh siswa yang mempelajari B1. Hal ini menunjukan bahwa kesalahan berbahasa itu erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran B1 maupun B2. Berikut ini adalah beberapa data yang diperoleh mengenai kesalahan berbahasa baik lisan maupun tulisan yang sering dilakukan oleh pengguna bahasa Indonesia dan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap komunikasi yang terjadi.

1.      Kesalah Fonologi
Kesalahan fonologi adalah kesalahan pada ucapan bagi bahasa lisan atau kesalahan ejaan bagi bahasa tulis. Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku. Contoh kesalahan ucapan adalah sebagai berikut.
a.             Enam                  diucap             anam
b.            Saudara                                      sodara
c.             Rabu                                           rebo
d.            Mengubah                                  mengobah
e.             Telur                                           telor
f.             Alasan                                        alesan
g.            Makin                                         mangkin
h.            Tangkap                                     tangkep
i.              Hantam                                      hantem
j.              Aktif                                          aktip
k.            Pasif                                           pasip
l.              Fakultas                                      pakultas
Kesalahan ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca. Contoh kesalahan ejaan adalah sebagai berikut.
a.          Mengetengahkan             ditulis              mengketengahkan
b.         Melihat-lihat                                            me-lihat2
c.          Mempertanggungjawabkan                     mempertanggung jawabkan
d.         Bertanggung jawab                                 bertanggungjawab
e.          Pertanggungjawaban                               pertanggungan jawab
f.          Sekaligus                                                 sekali gus
g.         Orang tua                                                 orangtua
h.         Dua puluh                                                duapuluh

2.               Kesalahan Morfologi
Kesalahan morfologi adalah kesalahan bahasa yang disebabkan karena salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, maupun salah menyusun kata turunan. Contoh kesalahan morfologi adalah sebagai berikut.
a.       Kamu lebih baik berpulang daripada meninggal di sini.
b.      Nanti sore diadakan latihan berbaris-baris di sekolah.
c.       Gerakkan tanganmu dengan gerakkan silat!
Seharusnya:
a.       Kamu lebih baik pulang daripada tinggal di sini.
b.      Nanti sore diadakan latihan baris-berbaris di sekolah.
c.       Gerakan tanganmu dengan gerakan silat.

3.               Kesalahan Sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, maupun kalimat, serta ketidaktepatan dalam pemakaian partikel. Contoh kesalahan sintakis adalah sebagai berikut.
a.       Untuk menyingkat waktu, pemotongan tumpeng akan segera dilaksanakan.
b.      Latihan bernyanyi diadakan sekali setiap minggu.
c.       Sampai bertemu lagi di lain kesempatan.
d.      Kami rela berkorban demi untuk negara.
Seharusnya:
a.       Untuk menghemat waktu, pemotongan tumpeng akan segera dilaksanakan.
b.      Latihan bernyanyi diadakan setiap minggu atau latihan bernyanyi diadakan sekali seminggu.
c.       Sampai bertemu lagi pada kesempatan lain atau sampai bertemu lagi di tempat lain.
d.      Kami rela berkorban untuk negara atau kami rela berkorban demi negara.

4.      Kesalahan Leksikon
Kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat. Contoh kesalahan leksikon adalah sebagai berikut.
a.       Demikianlah agar Anda maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
b.      Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kami berdoa bersama-sama.
c.       Persetujuan itu disetujui pada hari Minggu yang lalu.
Seharusnya:
a.       Demikianlah agar Anda maklum, dan atas perhatian Anda saya ucapkan terima kasih.
b.      Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kita berdoa bersama-sama.
c.       Persetujuan itu ditandatangani pada hari Minggu yang lalu.

Dalam mengidentifikasi  kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa, tidak selalu menganalisis yang terlihat secara tersurat, baik melalui tulisan maupun hasil transkripsi wacana lisan. Penganalisisan tersebut dilakukan pula dalam menganalisis kesalahan berbahasa secara tersirat seperti yang terjadi pada kalimat “Bola menendang adik.” Mengumpulkan data kesalahan berbahasa serta menganalisisnya secara terperinci tanpa adanya upaya penjelasan dari berbagai sumber merupakan kegiatan yang belum sempurna apabila dipandang dari segi pendidikan dan pengajaran bahasa. Fakta-fakta riset menyarankan bahwa beberapa tipe koreksi kesalahan berbahasa (KKB) dapat bermanfaat dalam membantu para pelajar untuk menghindari kesalahan terdahulu dan juga untuk mengembangkan tahap-tahap kompetensi yang lebih tinggi[2]. Berikut ini adalah beberapa contoh analisis kesalahan berbahasa.
a.       Kesalahan dalam penggunaan frasa atas perhatiannya.
Kita seringkali mendengar seseorang mengatakan Atas perhatiannya, saya sampaikan terima kasih. Ujaran tersebut ditujukan kepada lawan bicara, agar lebih jelas dalam penyampaiannya, maka kalimat yang tepat adalah Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
b.      Kesalahan dalam penggunaan ujaran penghormatan.
Atas kerawuhan saudara, saya haturkan terima kasih. kalimat tersebut diujarkan untuk menghormati lawan bicara. Akan tetapi, kalimat tersebut bukanlah kalimat bahasa Indonesia. Salah satu sifat bahasa Indonesia ialah menyeluruh dan tidak menggunakan kata-kata khusus untuk golongan-golongan tertentu seperti bahasa Jawa, Sunda, Maupun Batak. Ujaran yang tepat adalah atas kedatangan saudara, saya ucapkan terima kasih.
c.       Kesalahan dalam penggunaan kata depan “di”
Ulva berjalan dibawah kerindangan pohon kamboja. Kalimat tersebut terdapat kesalahan penulisan kata depan ‘di’. Kalimat di atas menerapkan kaidah penulisan kata depan ‘di’ sebagai awalan sehingga penulisan yang seharusnya dipisah tetapi ditulis serangkai dengan kata yang diikuti. Perbaikan kesalahan penulisan ejaan tersebut adalah Ulva berjalan di bawah kerindangan pohon kamboja.

d.      Kesalahan dalam penggunaan  tanda koma
Dia lupa akan janjinya, karena sibuk. Penggunaan tanda koma tersebut tidak tepat karena pemakaian tanda koma seharusnya digunakan  untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat mendahului induk kalimat. Dalam kaidah bahasa Indonesia, tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat apabila anak kalimat mengiringi induk kalimat[3]. Oleh karena itu, tanda koma harus dihilangkan.
e.       Kesalahan pembentukan kata
a)      Presiden lantik enam orang duta besar.
b)      Indonesia luncurkan pesawat baling-baling.
c)      BRI Tangerang gunakan sistem komputer.
Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat aktif transitif, yaitu kalimat aktif yang memiliki objek. Menurut kaidah bahasa Indonesia, predikat kalimat aktif transitif harus menggunakan predikat berawalan me- sehingga kata lantik, luncurkan, dan gunakan diubah menajadi melantik, meluncurkan, dan menggunakan.
f.       Kesalahan dalam penulisan diftong
Ada tiga jenis diftong dalam bahasa Indonesia, yaitu ai, au, dan oi. Ketiga diftong tersebut hendaknya dipakai dengan tertib dalam ragam tulis resmi.
a)      Bubur kacang ijo         seharusnya       bubur kacang hijau.
b)      Bunga terate                                        bunga teratai
c)      Kede kopi                                           kedai kopi
d)     Kerbo                                                  kerbau
e)      Burung bango                                     burung bangau
g.      Kesalahan dalam penggunaan kata
a)      Pustakawan harus menggantungkan informasi pada para dosen, tetapi kalau para dosen tidak mengetahui buku apa saja yang baru diterbitkan, mereka tentunya tidak dapat mengajukan saran.
b)      Bekal yang hanya bersifat pengantar tentunya tidak dapat dijadikan landasan yang kuat untuk mengadakan penelitian yang mendalam.
Kata “tentunya” hanya digunakan dalam ragam bahasa lisan. Kata tersebut terpengaruh  dari bahasa jawa, yaitu tentune, atau terpengaruh bahasa sunda, yaitu tangtuna. Jika kalimat itu digunakan dalam konteks bahasa resmi, kata tentunya diubah menjadi tentu.
h.      Kesalahan penyusunan kalimat
a)      Sejak dari kecil ia sudah terlihat sebagai anak yang cerdas.
b)      Kita harus menghormati orang lain agar supaya orang lain menghormati kita.
Pemakaian dua kata yang memiliki makna yang sama dipakai sekaligus dalam sebuah kalimat adalah pemakaian kata yang tidak efektif. Kata-kata yang bersinonim tidak perlu digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Kita cukup menggunakan salah satu di antara kedua kata tersebut.
i.        Kesalahan Pemilihan Kata
a)      Walikota bikin keputusan tanpa perhitungan matang.
b)      Saya pernah bilang hal itu kepadamu.
c)      Adik lagi tidur.
Kata-kata yang dicetak miring termasuk kata dialek Jakarta yang digunakan dalam konteks bahasa Indonesia resmi. Penggunaan kata dialek dalam bahasa Indonesia baku harus dihindari sehingga dialek Jakarta tersebut diubah menjadi membuat, mengatakan, dan sedang.

  1. Teknik Pengumpulan Data Kesalahan Berbahasa
Data utama dalam analisis kesalahan berbahasa adalah wacana, baik secara lisan maupun tulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pengambilan data mempengaruhi hasilnya. Oleh karena itu, dalam memilih jenis data untuk dianalisis kita perlu mempertimbangkan kemungkinan yang akan diperoleh. Terdapat dua jenis teknik pengumpulan data kesalahan berbahasa, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara spontan dan pancingan.
Pengumpulan data secara spontan dapat dilakukan oleh kelompok ahli anakon anakes tanpa adanya alat pemancing sehingga pembelajar tidak sadar bahwa wacana yang dibuat olehnya akan dianalisis. Pengumpulan data secara pancingan adalah pengumpulan data kesalahan berbahasa dengan menggunakan alat pemancing, misalnya hasil karangan siswa, seperti karangan argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, dan eksposisi. Pada jenis ini, data sengaja dikumpulkan untuk dianalisis. Pemerolehan data tergantung pada jenis alat pemancingnya dan titik perhatian subjek ketika melakukan tugas. Dari segi alat pemancingnya, terdapat dua jenis data kesalahan berbahasa, yaitu data tak terstruktur dan data terstruktur. Data tak terstruktur adalah data yang diperoleh dengan cara mengajak subjek untuk menulis tanpa adanya petunjuk yang ketat. Sedangkan pada data terstruktur, unsur-unsur bahasa yang menjadi fokus perhatian peneliti direncanakan kemunculannya. Selain itu, pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan besarnya perhatian subjek terhadap bentuk. Dalam data spontan, subjek tidak begitu memperhatikan bentuk wacana karena pusat perhatian subjek terletak pada isi dan pesan yang disampaikan.

  1. Data  Anakes
Penyimpangan dalam penggunaan bahasa yang sedang dipelajari siswa B1 maupun B2 disebabkan oleh kesalahan dan kekeliruan. Kekeliruan kurang tepat dijadikan sebagai sumber data anakes karena sifatnya yang tidak konsisten dan terjadinya hanya sementara. Apabila siswa lebih sadar dan mawas diri, kekeliruan berbahasa dapat diperbaiki oleh siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu, Sumber data anakes yang paling cocok adalah kesalahan berbahasa sehingga banyak orang yang mengatakan bahwa kekeliruan tidak fungsional bagi pengajaran bahasa.


BAB III
PENUTUP
  1. Simpulan
1.         Pengumpulan data kesalahan berbahasa dapat dilakukan dengan penganalisisan kesalahan berbahasa. Namun, Mengumpulkan dan menganalisis data kesalahan berbahasa tanpa adanya koreksi dan penjelasan dari berbagai sumber merupakan kegiatan yang belum sempurna apabila dipandang dari segi pendidikan dan pengajaran bahasa.
2.         Pengumpulan data secara spontan dilakukan tanpa menggunakan alat pancingan. Sedangkan pengumpulan data secara pancingan dilakukan dengan menggunakan alat pancingan.
3.         Penyimpangan dalam penggunaan bahasa disebabkan oleh kesalahan dan kekeliruan. Kekeliruan kurang tepat dijadikan sebagai sumber data anakes karena sifatnya yang tidak konsisten. Oleh karena itu, sumber data anakes yang paling cocok adalah kesalahan berbahasa.

B.     Saran

Pengumpulan data kesalahan berbahasa sebaiknya dilakukan dengan adanya bukti yang kuat dari berbagai sumber. Sebagai calon pendidik bahasa dan Sastra indonsia, anakon anakes merupakan bagian yang sangat penting dipelajari. Karena dengan mempelajarinya lebih lanjut, kita mendapatkan banyak bekal pengetahuan sehingga lebih peka terhadap kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa.



PUSTAKA ACUAN

Arifin, E Zaenal dan Farid Hadi. 1991. 1001 Kesalahan Berbahasa: Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan. Bandung: Yrama Widya.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi   Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar