Jumat, 03 Juni 2011

Kedudukan Psikolinguistik dalam Studi Bahasa Oleh Tian Fatmanuraini

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Sebagai alat interaksi verbal, bahasa dapat dikaji secara internal maupun  eksternal. Secara internal dapat dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu sendiri, seperti struktur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai pada struktur wacana. Sedangkan kajian secara eksternal berkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar bahasa, seperti faktor sosial, psikologi, etnis, seni, dan sebagainya. Kajian eksternal bahasa melahirkan disiplin baru yang merupakan kajian antara dua bidang ilmu atau lebih. Salah satunya adalah psikolinguistik yang merupakan kajian antara psikologi dan linguistik yang diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam kehidupan manusia yang semakin kompleks.
Pembelajaran bahasa sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (Otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik serta kedudukannya dalam studi bahasa yang akan dipaparkan lebih lanjut pada makalah ini. 


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Kedudukan Psikolinguistik dalam Studi Bahasa
Psikolinguistik terbentuk dari dua bidang ilmu yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya saja yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa. dengan adanya psikolinguistik dapat meneliti bagaimana sebenarnya pembicara membentuk dan membangun suatu atau mengerti kalimat tersebut. Hal ini mengacu pada domain kognitif, yakni bagaimana bahasa berproses dalam otak kita. Bahasa yang diwujudkan dalam kalimat dihasilkan oleh pebicara yang kemudian diusahakan untuk dimengerti oleh pendengar.  Menurut Lado psikologi dalam linguistik hanya merupakan sebuah pendekatan. Pendekatan untuk menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa dan perubahan bahasa. Pengetahuan bahasa bersangkut paut dengan masalah kognitif. Pemakaian bahasa berkaitan dengan praktek pengetahuan bahasa. Dan Peruabahan bahasa menyangkut akuisisi bahasa dan tahap perkembanganya.
Psikolinguistik termasuk salah satu cabang linguistik yang kompleks dan  perkembangannya sangat pesat karena membuka diri pada temuan disiplin ilmu lain sebagai alat bantu untuk menginterpretasikan masalah pemerolehan bahasa serta komprehensi dan produksi bahasa. Ahli psikolinguistik dituntut untuk dapat melakukan analisis pada semua tataran linguistik dengan baik karena psikolinguistik berusaha memahami bagaimana proses berbahasa di otak manusia. Ketika berkomunikasi, manusia memproduksi ujaran lisan atau tulisan. Orang yang diajak berkomunikasi akan mendenggar atau melihat apa yang hendak dikomunikasikan dan berusaha memahami apa yang diujarkan atau dituliskan. Di dalam proses tersebut, berbagai perasaan senang atau sedih dapat diekspresikan dengan kata-kata. Hal-hal yang biasa terjadi di sekitar kita pun dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoretis, kedudukan psikolinguistik dalam studi bahasa adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik dapat diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa dan bagaimana struktur tersebut diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan.

  1. Psikolinguistik dalam Studi Bahasa
Psikolinguistik dalam studi bahasa dapat digambarkan oleh George dalam kalimat “Ali yang gemuk itu sakit.” Pada kalimat itu terdapat dua sisi, yaitu sisi psikologi dan sisi linguistik, pada linguistik terlihat dari struktur kalimatnya, sedangkan pada psikologi terlihat dari unsur emosi yang dirasakan pembaca, misalnya kita dapat memikirkan bagaimana keadaan Ali yang sedang sakit. Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, begitu pun dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa.
            Ketika kita membicarakan psikolinguistik dalam studi bahasa, kita harus membedakan bahasa yang menjadi objek kajian linguistik dengan berbahasa yang menjadi objek dalam kajian psikolinguistik, yakni kegiatan manusia dalam memproduksi dan meresepsi bahasa itu sendiri. Di dalam proses berbahasa, berbagai perasaan seperti senang atau sedih dapat diekspresikan dengan kata-kata. Walaupun dapat dikatakan bahwa objek psikolinguistik adalah bahasa juga, tetapi bahasa yang menjadi objek yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam gejala jiwa yang terlihat ketika orang yang sedang marah akan lain perwuju dan bahasa yang digunakan dengan orang yang sedang bergembira. Namun, Titik berat psikolinguistik adalah bahasa, dan bukan gejala jiwa. itu sebabnya dalam batasan-batasan psikolinguistik yang telah dikemukakan selalu ditonjolkan proses bahasa yang terjadi pada otak, baik proses yang terjadi di otak pembicara dengan pendengar, maupun proses yang terjadi di otak penulis dengan pembaca, dan pastinya segala sesuatu berada dalam kesadaran.
Dewasa ini, psikolinguistik lebih diarahkan untuk pendidikan bahasa. Psikolinguistik dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa yang diarahkan agar siswa dapat menggunakan bahasa yang diajarkan dengan baik kepadanya. Peranan psikolinguistik dalam pengajaran bahasa bukan saja berhubungan dengan akuisisi bahasa, tetapi juga untuk kepentigan belajar bahasa pertama dan bahasa kedua. Dewasa ini siswa bukan saja mempelajari satu bahasa tetapi harus diajarkan bahasa yang bukan bahasa ibunya. Oleh karena itu, diperlukan gabungan teori linguistik dan psikologi yang tergabung dalam sub disiplin linguistik yang disebut Psikolinguistik. Dalam hal ini, Psikolinguistik dalam studi bahasa mempelajari empat topik utama, antara lain
  1. komprehensi, yaitu proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud;
  2. Produksi, yaitu proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seprti apa yang kita ujarkan;
  3. landasan biologis yang membuat manusia dapat berbahasa; dan
  4. Pemerolehan bahasa, yakni bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.
Dalam sejarah kajian linguistik terdapat sejumlah pakar linguistic yang menaruh perhatian besar pada psikologi. Contohnya Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik berkebangsaan jerman telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa (Lingistik) dengan pemikiran manusia (Psikologi), caranya dengan membandingkan bahasa dengan bahasa-bahasa yang berlainan dengan berbagai tabiat bahasa-bahasa penutur bahasa tersebut. Dari perbandingan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa bahasa suatu masyarakat menentukan pandangan hidup masyarakat penutur bahasa tersebut.
            Edward sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurutnya, psikologi dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mengkaji hubungan bahasa dengan pemikiran. dari kajian tersebut berkesimpulan bahwa bahasa merupakan unsur yang menentukan struktur pemikiran manusia. Selain itu, seorang pakar psikologi berkebangsaan Amerika telah mengkaji bahasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik bahasa kanak-kanak berdasarkan psikologinya. Beliau menyarankan agar penggolongan psikologi akan kata-kata yang diucapkan kanak-kanak dilakukan berdasarkan makna seperti yang dipahami kanak-kanak, dan bukan seperti yang dipahami orang dewasa dengan bentuk-bentuk tata bahasa orang dewasa. Jadi, dengan demikian kita dapat menentukan kecendrungan akal kanak-kanak yang dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan linguistik.
George A. Miller dalam artikelnya berjudul “The Psycholinguistics” (1965) menyatakan bahwa kelahiran disiplin psikolinguistik tidak dapat dielakan karena para ahli psikologi telah lama mengakui bahwa otak (akal) manusia itu menerima simbol-simbol linguistik, sedangkan para ahli linguistik mengakui bahwa sejenis motor-psiko-sosial telah dapat dipastikan menggerakan mesin tata bahasa dan leksikon. Maka, Psikolinguistik mempunyai kedudukaan yang bertugas untuk menganalisis proses-proses psikologi yang berlaku apabila manusia menggunakan kalimat-kalimat. Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar siswa merasa nyaman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan bahasanya dengan baik dan benar adalah sebagai berikut:
1.      Pendidik menerima peserta didik secara positif;
2.      Pendidik menciptakan suasana di mana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain;
3.      Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku peserta didik;
4.      Pendidik memberikan suasanaa psikologis yang aman bagi siswa untuk mengemukakan 


 
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya maka kami dapat merumuskan simpulan sebagai berikut.
  1. Psikolinguistik merupakan ilmu hibrida, yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu, yaitu psikologi dan linguistik.
  2. Secara rinci, psikolinguistik dalam bahasa mempelajari empat topik, yaitu komprehensi, produksi, landasan biologis, dan pemerolehan bahasa.
  3. kedudukan psikolinguistik dalam studi bahasa adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik dapat diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa dan bagaimana struktur tersebut diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan.
  4. Ketika kita membicarakan psikolinguistik dalam studi bahasa, kita harus membedakan bahasa yang menjadi objek kajian linguistik dengan berbahasa yang menjadi objek dalam kajian psikolinguistik, yakni kegiatan manusia dalam memproduksi dan meresepsi bahasa itu sendiri.

Saran

Sebagai calon pendidik anak-anak bangsa, Psikolinguistik dalam pengajaran bahasa merupakan bagian yang penting dipelajari. Karena dengan mempelajarinya lebih lanjut, kita dapat menciptakan kondisi psikologis anak didik dalam mengajar agar peserta didik merasa nyaman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan bahasanya dengan baik dan benar.

 

 

 

PUSTAKA ACUAN

Chaer, Abdul. 2009. “Psikolinguistik:Kajian teoretik”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. “Psikolinguistik:Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia”. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Samsunuwiyati. 2005. “Psikolinguistik Suatu pengantar”. Bandung:Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar